https://heruzuk.blogspot.com/2013/03/asalusul-efek-rumah-kaca-istilah-efek.html
Asal
Usul Efek Rumah Kaca
Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa
inggris disebut dengan green house effect ini dulu berasal dari pengalaman para
petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca
untuk menanam sayur mayur dan juga bunga bungaan. Mengapa para petani menanam
sayuran di dalam rumah kaca? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih
tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi
dari pada di luar, karena Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan
kembali oleh benda benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas
yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di
dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar
ruangan rumah kaca tersebut. Itulah gambaran sederhana mengenai
terjadinya efek
rumah kaca atau disingkat dengan ERL.
Kemudian dari pengalaman para petani di atas dikaitkan dengan apa yang
terjadi pada bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir yang terdiri dari,
berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan
terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca
atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi.
Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan
ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan
dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap
oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai
ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi
difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul
gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar
inframerah. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas
yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3).
Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh
karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca.
Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca disingkat dengan GRK.
Seandainya tidak ada ERK, suhu rata-rata bumi akan sekitar minus 180 derajat C
— terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata
bumi 330 derajat C lebih tinggi, yaitu 150 derajat C. Jadi dengan adanya efek
rumah kaca menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan manusia. Namun, ketika pancaran kembali sinar inframerah terperangkap oleh CO2 dan gas
lainnya, maka sinar inframerah akan kembali memantul ke bumi dan suhu bumi
menjadi naik.
Dibandingkan dengan pada tahun 50-an misalnya, saat ini suhu bumi telah
naik sekitar 0,20 derajat C lebih. Hal tersebut bisa terjadi karena berubahnya
komposisi GRK (gas rumah kaca), yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara
global akibat kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran
bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga
listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga
dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan
peternakan, GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida,
metana, dan nitroksida. Hal tersebut di atas juga merupakan salah satu penyebab
pemanasan global yang terjadi saat ini.
Gambar di samping merupakan contoh dari efek rumah kaca yang sudah berubah
komposisi gas rumah kaca nya.